Kamis, 28 Oktober 2010

Detak mendoa


Entah bagaimana terasa smakin dekat..

Untuk wajah lekuk blm terlukis

pada hangat gulung senyum belum terbayang

debar berdetak pertemuan asing tatapan

sungguh penuhi udara tiap tarikan nafas terasa kau ada

ku tunggu saja putaran waktu pd titian mendoa

bukan hanya dari ku...

hingga masa bawa indah sungging tunggal milik diri

saat kau temukan... aku



smoga saat mereka terkasih kembali kau nyata pelengkap bahagia yg juga bagian dari kami

hari,bulan,tahun,hingga akhir penutup nanti...

^.^

Pesan angin


Meniti hari saat meraba raut juga hati
Aku masih biru dengan rona warnaku
Tamparan malam sedikit memburam membekas kelabu
Hanya ulas tunggal lesung sederhana milik ku
Tak niatkan perih pada debar berbeda
Untuk hati yg terpanggil datanglah bersama angin...
Ku mohon ikuti gema suara memanggil
Sepenuh nya jadikan milik mu utuh sempurna
Agar tak lagi lukai debar berdegup lain ny

find me soon...
really need that arm that shoulder

Muara bertanya


Dua tetes bulir bening mengalir di satu muara

Lalu berkata..





“aku bulir bening dari sudut kerling seorang gadis yang pernah sangat mencinta, tapi sungguh telah kehilangan untai kasih pada putaran masa hingga tak lagi terasa dirinya pada tiap tiupan udara”

Lalu siapa kau …bertanya pada bulir bening lainnya

“aku bulir bening seorang lelaki yang sangat menyesal biarkan sejati ku berlalu pergi , terpeluk hampa dengan luka membekas akhirnya sungguh tanpa daya bahkan sekedar sebutkan ukir indah nama yang pernah ada”





Mengalir begitu saja dalam satu muara keduanya ada

Pahami rasa tidak juga terduga arah

Berlalu pergi akankah bertemu pada laut yang satu

Atau kembali pada laut yang berbeda …. “laut masing masing milik nya”

Tidakkah sadari perih gurat yang sama perlahan kikis hati

Satu muara bukan di peruntukkan bagi luka juga perih selimut jiwa

Satu muara persinggahan kembali peluk erat untuk apa yang dituju





Pada laut yang satu…

Maka bertanya arah mana jadi jalan mu..

Larung sunyi gemuruh laut menyambut muara berlalu





Jauh di sana…. Bayang masing masing pemilik kedua bulir bertanya

Dalam diam hanya duduk membisu di peluk kelabu

Terbaca perlahan degup saling malantun…. gaung di dada sebutkan “dia”

Ringkih merintih hanya gema tertatih